Memahami Dasar Dari Sistem Hidroponik
Pada awalnya mendengar sistem hidroponik memang terlihat
sangat rumit, tetapi setelah dipelajari ternyata sistem tanam ini sangat
sederhana dan mudah untuk kita praktekkan. Pada sistem hidroponik ini dibagi
menjadi 6 sistem yaitu :
Untuk keenam sistem hidroponik yang di sebutkan tadi hanyalan
cara untuk mempraktekannya saja.Dari ke enam jenis sistem hidroponik di atas
pada dasarnya hidroponik itu didasarkan pada ke enam sistem tersebut, Anda pun
dapan mengombinasikan beberapa sistem tergantung pada kreatifitas Anda sendiri,
yang harus dipahami adalah dalam sistem hidroponik akar membutuhkan nutrisi,air
atau kelembaban dan oksigen. Jika Anda sudah memahami tiga hal tersebut maka
Anda dapat menggabungkan cara-cara tanam hidroponik.
Dalam membuat sistem tanam hidroponik pertama yang perlu
dipertimbangkan adalah tentang jenis tanaman apa yang akan Anda tanam, lalu
lahan atau ruangan yang akan Anda tempati untuk menanam setelah itu Anda
tentukan media apa yang akan Anda gunakan, setelah itu Anda siapkan kebutuhan
apa saja yang akan digunakan pada sistem yang akan memenuhi kebutuhan tanaman,
misalnya seperti ukuran pada tanaman, ukuran pada akar, dari oksigen ke akar,
banyaknya air dan sebagainya. Biasanya untuk satu jenis tanaman dapat cocok
pada satu jenis sistem hidroponik dan tidak cocok untuk jenis tanaman yang
lain.
Perlu diingat saat Anda merancang, membeli dan saat mambangun
sistem hidroponik yaitu yang pertama Anda perlu di pertimbangkan sistem yang
akan Anda buat tidak hanya digunakan untuk sekali saja, pertimbangkan tentang
keawetan bahan dan sebagainya.di sini saya akan membahas salah satu diantara keenam sistem
hidroponik tersebut yaitu:
A.Water
Culture System
Water Culture System adalah
sistem hidroponik aktif paling sederhana karena hanya menggunakan prinsip
penggenangan. Papan yang digunakan sebagai tempat (untuk menancapkan tanaman)
biasanya terbuat dari styrofoam yang diapungkan langsung pada larutan nutrisi.
Pompa air menyuplai udara ke airstone yang akan membuat gelembung-gelembung
pada larutan nutrisi yang akan memberikan suplai oksigen pada akar tanaman.
Floating Hydroponic System
(FHS) yang merupakan sistem hidroponik dengan cara diapungkan adalah suatu
budidaya tanaman (khususnya sayuran) dengan cara menanamkan/menancapkan tanaman
pada lubang styrofoam yang mengapung di atas permukaan larutan nutrisi dalam
suatu bak penampung atau kolam sehingga akar tanaman terapung atau terendam
dalam larutan nutrisi. Metode ini dikembangkan pertama kali oleh Jensen (1980)
di arizona dan Massantini (1976) di Italia.
Pada sistem hidroponik ini
larutan nutrisi tidak disirkulasikan, hanya dibiarkan pada bak penampung atau
kolam dan dapat digunakan lagi dengan cara mengontrol kepekatan larutan dalam
jangka waktu tertentu. Kontrol ini perlu dilakukan karena dalam jangka waktu
yang cukup lama akan terjadi pengkristalan dan pegendapan larutan nutrisi
(pupuk cair) dalam dasar kolam yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
Sistem hidroponik ini
mempunyai karakteristik seperti terisolasinya lingkungan perakaran yang
mengakibatkan fluktuasi suhu larutan lebih rendah. Selain itu, sistem
hidroponik ini dapat digunakan untuk daerah dengan sumber energi listrik yang
terbatas karena energi listrik yang dibutuhkan tidak terlalu besar, mungkin
hanya dibutuhkan untuk mengalirkan serta pengadukan larutan nutrisi.
Cara budidaya tanaman dengan
sistem hidroponik Water Culture:
– Tanaman ditancapkan pada lubang dalam styrofoam dengan bantuan busa atau media lain agar tanaman tetap tegak.
– Jika dibutuhkan, dapat ditambahkan penyangga tanaman dengan tali.
– Styrofoam dapat dilapisi dengan plastik mulsa agar tahan lama.
– Bak penampung biasanya mempunyai kedalaman antara 10 – 20 cm dengan kedalaman larutan nutrisi antara 6 – 10 cm agar oksigen dalam udara masih terdapat di bawah permukaan Styrofoam
– Tanaman ditancapkan pada lubang dalam styrofoam dengan bantuan busa atau media lain agar tanaman tetap tegak.
– Jika dibutuhkan, dapat ditambahkan penyangga tanaman dengan tali.
– Styrofoam dapat dilapisi dengan plastik mulsa agar tahan lama.
– Bak penampung biasanya mempunyai kedalaman antara 10 – 20 cm dengan kedalaman larutan nutrisi antara 6 – 10 cm agar oksigen dalam udara masih terdapat di bawah permukaan Styrofoam
Alat-alat yang dibutuhkan:
– Styrofoam
– Busa atau media lain yang dapat digunakan untuk menegakkan tanaman
– Tali jika diperlukan
– Wadah air
– Styrofoam
– Busa atau media lain yang dapat digunakan untuk menegakkan tanaman
– Tali jika diperlukan
– Wadah air
Kelebihan Water Culture
System:
– Tanaman mendapat suplai air dan nutrisi secara terus menerus
– Lebih menghemat air dan nutrisi
– Mempermudah perawatan karena tidak perlu melakukan penyiraman
– Biaya pembuatan cukup murah
– Tanaman mendapat suplai air dan nutrisi secara terus menerus
– Lebih menghemat air dan nutrisi
– Mempermudah perawatan karena tidak perlu melakukan penyiraman
– Biaya pembuatan cukup murah
Kekurangan Water Culture
System:
– Oksigen akan susah didapatkan tanaman tanpa bantuan alat (aerator, airstone)
– Akar tanaman lebih rentan terhadap pembusukan
– Oksigen akan susah didapatkan tanaman tanpa bantuan alat (aerator, airstone)
– Akar tanaman lebih rentan terhadap pembusukan
0 komentar:
Posting Komentar